Meditasi.

Hanan Salsabila
3 min readJul 15, 2020

--

Jadi tulisan ini ada berawal dari orang rumah yang berkali-kali protes kalau aku gampang “ngegas” kalau diajak ngobrol .
Kondisi “ngegas” ini emang khususnya lebih sering terjadi di rumah karena aku memang gampang irritated kalau menghabiskan terlalu banyak waktu dengan orang yang itu-itu aja. Makanya kalau lagi bareng temen pun sebenarnya sifat ini suka keluar setelah aku merasa menghabiskan terlalu banyak waktu bersama atau ketika aku lagi under pressure (I’m sorry for everyone that have to encounter me in this state of mood, hehe).

Lama-lama karena merasa diprotes buat hal yang sama berkali-kali, akhirnya aku dateng ke ibuku dan ngobrol. Kepikiran aja, selama ini aku wawancara klien buat memahami bagaimana dia punya kebiasaan ini dan itu, kenapa aku ngga melakukan hal yang sama ke diri sendiri? HAHAHA, it feels odd sih tapi.
Nah turns out, ibuku cerita kalau aku sejak kecil emang gampang happy tapi gampang ngamuk juga. Ngamuknya suka ga masuk akal, let’s say ketika sakit perut dan pengen kentut doang itu pake drama dulu. Najis banget ga sih, hahaha. Untung ga dibuang. Setelah dapet informasi ina itu, akhirnya aku coba berefleksi juga, mengingat-ingat kondisi emosi aku biasanya yang ternyata emang naik turun banget dan aku ngga pernah paham kenapa.

Akhirnya berbekal kesadaran kalau aku sepertinya memang cenderung gampang meledak, aku memutuskan untuk mencoba meditasi. Setiap pagi kalau sudah bangun biasanya aku bikin jus atau air hangat di tambah lemon terus duduk dan bermeditasi selama kurang lebih 10 sampai 15 menit. Meditasi ini baru aku lakukan selama kurang lebih empat hari. Tapiiiii, aku udah mulai merasakan manfaatnya.

Apa aja tuh?

Hari pertama dan kedua aku baru sadar kalau sebenernya bahu kiri aku tense banget and that is why kalau aku nyupir biasanya aku cuman pakai tangan kanan. Bahu kiri aku itu gampang banget pegel. Aku pikir cuman terjadi ketika harus dipake nyupir, ternyata sehari-hari emang ototnya udah tense duluan. Jadi sejak sadar ini, aku mulai melakukan gerakan yoga untuk bahu dan punggung.

Hari ketiga dan keempat, aku sempat nangis selama meditasi. Kebetulan meditasinya bertemakan self-love sih jadi guidancenya pun bikin aku terhira, LOL. Nah, di sini baru sadar kalau aku benci hampir semua anggota badan aku. Aku ngerasa betis, lengan sampai dada aku kecil, terus kulit aku jerawatan dan terlalu pucat, rambut aku juga berantakan, and so on. Basically i hate every part of my body and i just realize it. Bisa jadi selama ini aku suka ngerasa tiba-tiba sedih atau cemas karena aku suka ga sadar kalau self-criticism di dalam diri aku tinggi banget dan aku lakuin non-stop.

Perhaps if i practice meditation long enough i will understand my self better day by day.

Apakah sekarang aku udah berkurang ngegas-nya? Jawabannya masih belum sama sekali. Tapi aku rasa seiring dengan konsistensi untuk melakukan meditasi aku bisa lebih paham kenapa aku gampang meledak-ledak dan menyalurkan energi aku dengan lebih tepat.

Pema Chodron seorang American Buddhist yang aku suka pernah bilang kalau meditasi itu:
“Meditation practice isn’t about trying to throw ourselves away and become something better. It’s about befriending who we are already.”

Dan aku juga mulai merasakan hal itu dengan mencoba bermeditasi. So hopefully you are interested to do it as well :)

--

--

No responses yet